Minggu, 29 Maret 2015

Samudera Hindia Awal Poros Maritim Dunia untuk Indonesia


Samudera Hindia adalah Samudera terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia, di barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika, di timur oleh Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan Australia, di selatan oleh Antartika. Samudera ini dipisahkan dengan Samudera Atlantik oleh 20° timur meridian, dan dengan Samudera Pasifik oleh 147° timur meridian. Luas Samudera Hindia mencapai ± 73.481.000 km² dengan kedalaman rata-rata 3.850 m. Samudera ini terletak di sebelah Selatan Benua Asia, sebelah Barat Australia, sebelah Timur dan Selatan Afrika, serta berbatasan dengan Kutub Selatan.

Sebagian besar wilayah Samudera Hindia berada di belahan bumi Selatan. Satu-satunya Samudera yang seluruh wilayahnya berada di belahan bumi Timur. Wilayah perairannya berfungsi sebagai penyedia air hujan bagi gejala alam angin monsun untuk sebagian wilayah Asia dan Australia. Samudera Hindia memiliki arus yang relatif tenang dan jarang terjadi badai. Samudera Hindia memiliki beberapa palung laut, seperti Palung Jawa (7.450 m), Palung Weber (7.440 m), dan Palung Diamantina (7.102 m).

Dilihat dari kepentingan ekonomi, Samudera Hindia memiliki potensi yang sangat prospektif, diantaranya: pasar yang besar dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 milyar;sekitar 70% perdagangan dunia melewati kawasan ini; menyimpan sekitar 55% cadangan minyak dunia dan 40% cadangan gas dunia; memproduksi sekitar 1/3 produksi tuna dunia; serta menyimpan berbagai cadangan mineral yang bernilai ekonomis tinggi.

IORA

Samudera Hindia memiliki potensi yang begitu banyak dan menjadi penghubung benua Asia, Afrika serta Australia, hal inilah yang membuat negara-negara di sepanjang wilayah Samudera Hindia membentuk sebuah organisasi yang fokus pada pengelolaan perdagangan di Samudera Hindia. Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) adalah satu-satunya organisasi regional yang menggandeng negara-negara di sepanjang wilayah Samudera Hindia. Organisasi ini digerakkan oleh tiga pilar yaitu akademisi, bisnis dan pemerintah. IOR-ARC merupakan organisasi yang keanggotaannya terdiri dari negara-negara yang berbatasan dengan laut India. Organisasi ini dideklarasikan di Mauritius pada bulan Maret 1997.

IORA beranggotakan 21 negara, diantaranya: Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, India, Bangladesh, Sri Lanka, Oman, Yemen, Iran, UAE, Somalia, Seychelles, Mauritius, Madagascar, Comoros, Tanzania, Kenya, Mozambique, dan Afrika Selatan.  Sementara dua Negara lainnya, yaitu Maldives dan Myanmar diharapkan dalam waktu dekat akan segera bergabung ke dalam IORA. Disamping itu IORA memiliki enam Negara mitra dialog, yaitu: Jepang, AS, Perancis, Inggris, Mesir, dan  China.

IOR-ARC bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi dalam kawasan. Kerjasama dalam kerangka ini dikembangkan dalam tiga jalur utama yaitu:
1.         Akademisi melalui forum IOR-Academic Group (IORAG)
2.         Pengusaha melalui IOR-Business Forum (IOR-BF)
3.         Jalur kegiatan perdagangan dan investasi melalui Working Group on Trade and Investment (WGTI).

Sebagai sebuah organisasi inter-governmental, IORA memiliki tujuan utama mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan. Sampai saat ini,  IORA tidak memiliki agenda kerjasama di bidang politik.

Indonesia sudah bergabung dengan IORA dari sejak awal didirikannya IORA, namun baru pada 2015 Indonesia akan menjadi ketua IORA untuk periode dua tahun (2015 – 2017). Menlu Retno L.P. Marsudi menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi ketua dalam perhimpunan asosiasi Negara-negara Samudera Hindia (IORA) pada akhir tahun 2015 ini. Direncanakan serah terima keketuaan IORA akan dilakukan dari Australia kepada Indonesia.

FASH

FASH/IOAF (Forum Akademis Samudera Hindia/Indian Ocean Academic Forum) dideklarasikan pada tanggal 22 April 2014, Tujuan didirikannya organisasi ini yaitu untuk mengembangkan pemikiran dan inovasi baru dalam bidang pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan Samudera Hindia secara optimal dan berkelanjutan. Misi yang diemban adalah membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan Samudera Hindia.

Pendirian IOAF ini erat kaitannya dengan ditetapkannya Indonesia akan menjadi Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Luar Negeri, selaku focal point IORA tengah melakukan berbagai persiapan bagi kekuatan Indonesia pada IORA dimaksud, utamanya untuk mendorong kerjasama di enam bidang prioritas.

Enam bidang prioritas IORA itu, yakni keselamatan dan keamanan maritim, perdagangan dan investasi, manajemen perikanan, penanggulangan bencana, kerjasama akademik dan IPTEK, dan turisme serta pertukaran budaya.


Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan bahwa tema yang akan diangkat pada masa keketuaan Indonesia untuk Persatuan Negara-negara Pesisir Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA) akan disesuaikan dengan prioritas dan kepentingan nasional Indonesia. Dari enam prioritas itu, maka akan dicoba mana yang cocok dengan prioritas nasional Indonesia. Misalnya, penguatan poros maritim dunia ternyata cocok dengan prioritas IORA.

Diharapkan IOAF akan menjadi wadah bagi akademisi dalam mewujudkan upaya nyata mendorong program nasional "Menjadikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia" yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo. Seperti yang sudah dikemukakan bahwa visi Presiden Jokowi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai Negara maritim sangat terkait dengan kepentingan Indonesia di Samudera Hindia. Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, laut adalah masa depan bagi ekonomi Indonesia. Laut telah menyedia berbagai potensi seperti ikan, mineral, minyak, gas, dan lain-lain yang perlu digarap secara optimal bagi kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.

Samudera Hindia menjadikan Indonesia secara geografis dan geo-strategis menjadi sangat penting dalam konteks kepentingan ekonomi dan juga pertahanan keamanan global. Hal ini sangat berkaitan dengan tujuan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia. Mungkin dimulai dari Samudera Hindia yang terletak dibagian barat Indonesia, perkembangan maritim Indonesia akan menjalar ke bagian timur sehingga terciptalah sebuah negara Indonesia yang menjadi poros maritim dunia.

Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)
TGD 2012 UGM

Catatan :
Artikel ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada kesalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.

Daftar Pustaka:


Minggu, 22 Maret 2015

Sumber Daya Pesisir


  Berdasarkan pendekatan secara ekologis, wilayah pesisir (coastal zone) mencakup semua wilayah yang merupakan kawasan pertemuan antara daratan dan lautan, ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut atau sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, dan ke arah laut kawasan pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan  pencemaran.

  Wilayah pesisir tersebut mempunyai nilai yang strategis karena mengandung potensi sumber daya pesisir baik sumber daya hayati dan non hayati, serta jasa-jasa lingkungan yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat  pembangunan. Demikian pula rentan terhadap bencana alam yang kemungkinan dapat terjadi di wilayah pesisir yang berupa gelombang pasang (tsunami), banjir, erosi dan badai.

  Wilayah pesisir memiliki arti strategis, karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang berkesinambungan. Di wilayah pesisir ini terdapat sumber daya pesisir berupa sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya. Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk mengeksploitasinya dan  berbagai instansi berkepentingan untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumber daya tersebut dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu :

1.       Sumber daya dapat pulih (renewable resources) seperti sumberdaya ikan, mangrove dan terumbu karang.
a.       Pasang Surut
Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam – macam antara lain gisik, rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa mangrove, dan padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu mintakat pesisir yang pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus, pada rataan pasut umumnya terdapat pola sungai yang saling berhubungan dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan pasut telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasut belum bervegetasi.
b.      Estuaria
Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan didalamnya ait laut terencerkan oleh air tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara lain : merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat rekreasi.

c.       Hutan Mangrove
Hutan mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur seperti pada rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada mintakat litoral. Agihannya terutama di daerah tropis dan subtropis, hutan mangrove kaya tumbuhan yang hidup bermacam – macam, terdiri dari pohon dan semak yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Species mangrove cukup banyak 20 – 40 pada suatu area dan pada umumnya dapat tumbuh pada air payau dan air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai perangkap sedimen dan mengurangi abrasi.

d.      Padang Lamun (Sea Grass Beds)
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal. Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th. Padang lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropics. Ciri binatang yang hidup di padang lamun antara lain:
·         Yang hidup di daun lamun
·         Yang makan akar canopy daun
·         Yang bergerak di bawah canopy daun
·         Yang berlindung di daerah padang lamun

e.      Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat keanekaragaman tinggi dimana di Wilayah Indonesia yang mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling ataupun selam.


2.       Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti sumberdaya mineral, pasir laut dan garam.


3.       Jasa lingkungan kelautan (enviromental services) seperti wisata bahari, transportasi laut dan energi kelautan seperti Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)

4.       Benda berharga tenggelam.

  Wilayah pesisir terdapat berbagai ekosistem alami yang mempunyai fungsi masing-masing yang berlainan, yaitu misalnya hutan bakau, padang lamun, estuaria, delta, dan terumbu karang. Selain dimanfaatkan sebagai sumber daya alam pesisir, ekosistem tersebut juga mempunyai fungsi ekologis yang penting yaitu sebagai pelindung pantai, pengatur luapan banjir, sebagai tempat untuk mengendapnya sedimen atau bahan pencemar dan tempat berlindung serta  berkembangnya jenis-jenis biota yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Demikian pula ada yang berfungsi sebagai pengatur sumber air tawar dan rembesan air laut ke arah darat.

  Dipandang sebagai suatu “ruang”, wilayah pesisir merupakan wadah kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, yang mengandung potensi sumber daya pesisir yang bersifat terbatas. Sebagai wadah, wilayah pesisir memang terbatas dalam hal besaran wilayahnya, sedangkan sebagai sumber daya terbatas mengenai daya dukungnya, dalam fungsinya untuk budidaya, besaran wilayah pesisir mengandung berbagi potensi pemanfaatan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi.

  Umumnya wilayah pesisir digunakan sebagai wadah berbagai aktivitas manusia dengan intensitas yang tinggi. Hal itu misalnya untuk permukiman, kawasan industri, pertanian, pertambakan, pelabuhan, rekreasi dan pariwisata,  pertambangan, pembangkit tenaga listrik, dan konservasi sumberdaya alam, dan di laut pantai digunakan untuk media pelayaran dan untuk penangkapan ikan, serta sumber daya alam hayati lainnya. Masing-masing kegiatan tersebut belum tentu dapat saling menguntungkan, bahkan justru dapat merugikan satu sama lain, karena itu wilayah pesisir di samping sebagai “pusat kegiatan” juga dapat menjadi “pusat konflik atau benturan” antara kepentingan sektor yang satu dengan sektor lainnya, oleh karena itu perlu dipertegas pada suatu pengaturan yang rigid mengatur masalah pesisir dan sumber dayanya untuk kepentingan masyarakat  pesisir pada khususnya.

Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)
TGD 2012 UGM

Catatan :
Artikel ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada kesalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.

Daftar Pustaka:




Minggu, 15 Maret 2015

Indonesia Menyempit, Pulau Menghilang!



Sebagai negara yang memiliki pulau terbanyak dan secara otomatis juga memiliki garis pantai terpanjang, Indonesia beruntung karena memiliki banyak pantai dengan bermacam-macam struktur seperti pantai karang, pantai batu sampai pantai pasir yang paling sering digunakan sebagai tempat wisata masyarakat Indonesia. Namun, sangat disanyangkan bahwa semakin lama pantai-pantai di Indonesia mengalami abrasi yang dampaknya sangat mengkhawatirkan dan merugikan. Sedikitnya 40 prosen dari 81 ribu km pantai di Indonesia, rusak akibat abrasi. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan kondisi ini sangat memperihatinkan.

Apa itu ABRASI?

ABRASI adalah proses dimana terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Abrasi ini dapat terjadi kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia.


·         Beberapa faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi antara lain, angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus laut yang  mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai. Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai. Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu terjadi badai dan badai inilah yang mempercepat terjadi proses pantai.

·         Faktor manusia, manusia juga ikut andil dalam hal ini, seperti pemanasan global atau mencairnya es di kutub sangat mempercepat terjadinya abrasi pantai. Selain itu, ulah nakal penambangan pasir pantai juga termasuk serta perusakan tumbuhan bakau di daerah pesisir.

Dampak yang diakibatkan oleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam. Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di perairan Indonesia.
Berikut ini beberapa masalah yang ditimbulkan akibat abrasi pantai di beberapa wilayah Indonesia:

1.       Abrasi di Bali dari 437,70 kilometer garis pantai pulau Bali, sebanyak 88,3 kilometer mengalami abrasi. berdasarkan hasil pemantauan satelit pada 2009, pada awalnya panjang garis pantai di Bali yang mengalami abrasi mencapai 181,7 kilometer, tetapi hingga saat ini 93,35 kilometer telah berhasil ditanggulangi dengan membangun tanggul pemecah gelombang. abrasi yang terjadi di pantai-pantai di Bali selama ini terjadi karena faktor alam dan pembangunan di sepanjang sepadan pantai. Terjadi banyak pelanggaran pembangunan di wilayah pantai, yang melanggar sepadan pantai, sehingga untuk menangani itu harus ditegakkan, pertama tata ruangnya harus dibangun, di mana boleh dibangun, di mana kawasan lindung, dimana kawasan suci. Dengan adanya rencana tata ruang wilayah pesisir maka dapat dibuat zonasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, sehingga pembangunan di wilayah pesisir tidak lagi rancu. Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/garis-pantai-bali-alami-abrasi/1826370.html

2.       Pengikisan pantai Merauke, Papua, mencapai 2 Kilometer dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini terjadi diduga karena penambangan pasir secara liar di wilayah tersebut sehingga mempercepat proses abrasi. Pemerintah telah memprioritaskan pembangunan kawasan pantai, tanggul, dan penanaman bakau. Pemerintah juga berusaha untuk menghentikan kegiatan penambangan pasir karena jika abrasi terus terjadi maka warga Kota Merauke akan terancam. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/04/13/173327123/Merauke-Terancam-Tenggelam-Akibat-Abrasi

3.       Penambangan pasir besi di sepanjang pantai Jepara tepatnya di Desa Bandungharjo, Banyumanis, dan Ujungwatu, Kecamatan Donorejo, merupakan kegiatan antropogenik yang menjadi faktor paling dominan dalam perubahan garis pantai. Faktor antropogenik merupakan proses geomorfologi akibat aktivitas manusia seperti pertambangan pasir besidinilai mengganggu stabilitas lingkungan pantai, khususnya gangguan terhadap lingkungan sekitar pantai. Misalnya reklamasi, pembabatan hutan bakau untuk tambak termasuk pertambangan. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/04/04/206567766/Tambang-Pasir-Besi-Percepat-Abrasi-Pantai-Jepara

4.       Wilayah Desa Legon Kulon dan Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang terletak di bibir Pantai Utara (Pantura) Laut Jawa, saat ini sebagian sudah berubah menjadi lautan akibat abrasi pantai. Sedikitnya 634 rumah milik warga sudah tak bisa lagi menghindar dari banjir rob yang terjadi setiap saat dan seluas 242 hektare tambak milik rakyat dan 402 hektare tambak milik Perhutani juga sudah tak bisa ditanami ikan lagi. Adapun fasilitas lainnya yang sudah hampir lenyap, yakni empat unit posyandu, sembilan ruang belajar sekolah dasar, satu bangunan puskesmas pembantu, dan tujuh buah musala. Penanggulangan gerusan ombak dan banjir rob di kedua desa itu sudah tak bisa lagi dilakukan dengan cara vegetatif, seperti dengan menanam pohon mangrove. Tapi harus dengan upaya teknik sipil yang dipastikan akan menyedot biaya yang sangat besar. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/058372518/Dua-Desa-di-Pantura-Subang-Berubah-Jadi-Lautan


5.       Keberadaan Pulau Tikus yang masuk wilayah Kota Bengkulu semakin hari keberadaannya semakin memprihatinkan karena terus terkikis oleh abrasi. Dari luas awal 2 hektare, saat ini pulau itu hanya tersisa 0,8 hektare. Padahal keberadaan pulau kecil ini sangat vital dalam transportasi laut. Mercusuar yang terletak di Pulau Tikus sangat penting untuk memandu lalu lintas kapal-kapal yang melintasi pulau tersebut. Berdasarkan catatan, ketika lampu  mercusuar itu mati karena tersambar petir, hanya dalam waktu semalam beberapa kapal kandas. Selain berfungsi sebagai petunjuk navigasi laut, pulau ini berperan penting sebagai penahan gelombang tsunami. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/05/27/058483522/Tragis-Pulau-Tikus-di-Bengkulu-Terancam-Hilang


Upaya Pemerintah

Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan tersebut, pemerintah membuat prioritas-prioritas pantai dalam upayanya untuk mengatasi abrasi pantai. Hal ini disebabkan salah satunya karena minimnya dana yang dianggarkan. Untuk menyiasati minimnya dana, pemerintah menerapkan strategi, yaitu menggunakan batu dan pasir yang mudah diperoleh di daerah setempat. Daerah prioritas itu dibagi menjadi lima kriteria yakni:

1.       Pertama, daerah yang abrasi pantainya mengancam jiwa manusia dan prasarana umum, seperti jalan raya dan bangunan bernilai sosial budaya tinggi.

2.       Kedua, pesisir yang menjadi pengaman banjir di kawasan pantai akibat curah hujan tinggi. Contoh untuk dua kategori ini adalah pembangunan tembok laut di Pantai Bau-Bau, Sulawesi Tenggara dan Pantai Punggur, Bengkulu.

3.       Ketiga, pantai yang berperan dalam stabilitas muara sungai dan saluran drainase yang langsung ke laut untuk mendukung lalu lintas pelayaran dan pengendalian banjir. Misalnya, Pantai Glagah di Yogyakarta.

4.       Keempat, pantai yang merupakan perbatasan dengan negara lain untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, misalnya Pulau Nipah dan Pulau Miangas.

5.       Kelima, pantai yang perlu direvitalisasi, seperti Pantai Losari dan Pantai Sanur.

Cara menanggulangi abrasi pantai

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah abrasi pantai ini, yaitu:

1.       Pemantauan secara bertahap untuk mengetahui wilayah mana yang mengalami abrasi terparah. Contohnya dengan menggunakan pemantauan citra satelit.
2.       Pemerintah harus segera secara bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak, revetment, dan pembentukan tembok laut (groin).

3.       Hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena dampak abrasi tersebut.

Penanganan abrasi pantai memang sulit. Solusi di atas memiliki resiko dan kekurangan masing-masing. Pemasangan alat pemecah ombak tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Sedangkan penanaman vegetasi mangrove pun tidak dapat dilakukan disemua jenis pantai karena mangrove hanya tumbuh di daerah yang dialiri air payau. Tetapi meskipun sangat sulit, tetapi usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan. Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan luas daratan di Indonesia banyak yang akan berkurang. Bahkan beberapa pulau terancam hilang.

Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)
TGD 2012

Catatan :
Artikel ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada kesalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.

Daftar Pustaka:


Sabtu, 07 Maret 2015

Harapan Menjadi Negara Poros Maritim Dunia

  Poros maritim dunia, mendengar kalimat itu seperti tidak asing bagi kita. Namun sebenarnya apa itu poros maritim? Mungkin kalimat itu sudah cukup sering diangkat oleh media massa ketika kampanye calon presiden Indonesia tahun 2014, Joko Widodo, yang kini telah menjabat menjadi presiden Republik Indonesia. Selama kampanye Capres-Cawapres ia mengungkapkan akan membawa Indonesia menjadi negara Poros Maritim Dunia, dan kembali ditegaskan ketika pidato perdananya sesaat setelah ia disumpah sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Dihadapan wakil rakyat dan pejabat negara Indonesia, serta kepala negara dan utusan khusus negara sahabat, Joko Widodo menyampaikan pesan politik, bahwa geopolitik Indonesia di bawah masa kepemimpinannya adalah maritim.

  Tidak dijelaskan secara gamblang apa yang dimaksud poros maritim dunia oleh Joko Widodo, namun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Poros Maritim Dunia adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, pemberdayaan seluruh potensi maritim demi kemakmuran bangsa, pemerataan ekonomi Indonesia melalui tol laut, dan melaksanakan diplomasi maritim dalam politik luar negeri Indonesia lima tahun kedepan. Sehingga dapat kita mengerti, bahwa untuk menuju negara Poros Maritim Dunia akan mencakup praktek dan proses pembangunan maritim di berbagai aspek, seperti politik, sosial-budaya, pertahanan, infrastruktur, dan terutama sekali ekonomi (Amelia).

  Bagaimana caranya Indonesia dapat menjadi negara poros maritim dunia? Dan apakah syaratnya? Sebelum itu, perlu kita lihat bagaimana kondisi maritim Indonesia sekarang ini ditinjau dari beberapa aspek, yakni :

1.       Posisi Geografi Indonesia
  Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia, Indonesia belum memanfaatkan potensi maritimnya dengan baik. Terbukti dengan jumlah pelabuhan kita yang masih relatif sedikit untuk negara yang memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. Sebagai perbandingan, panjang pantai Jepang adalah 34.000 km dan memiliki satu pelabuhan perikanan di setiap 11 km garis pantai. Kemudian Thailand memiliki satu pelabuhan perikanan setiap 50 km garis pantai. Jauh terbelakang dari kedua negara ini, Indonesia hanya memiliki satu saja pelabuhan perikanan untuk setiap 4.500 km garis pantai (Wibowo, 2014). Padahal idealnya, Indonesia seharusnya memiliki satu pelabuhan untuk setiap 40 km (Sumakul, 2014).

  Indonesia sesungguhnya sangat beruntung. Alfred Thayer Mahan berpendapat bahwa negara yang berbatasan dengan daratan tidak lebih baik dari negara yang langsung mengarah ke laut. Pemanfaatan posisi geografi secara bijak dan konsisten tidak hanya menguntungkan militer, tetapi juga meningkatkan pendapatan dan kekayaan suatu negara.

  Posisi Indonesia yang terletak di silang dunia dimana memberikan kemudahan bagi Indonesia untuk menuju ke arah manapun – timur, barat, utara, selatan – . Selain memberikan kemudahan akses untuk mengekspor produksinya, letak geografis ini juga dapat dimanfaatkan Indonesia untuk menyediakan jasa angkut dan pelabuhan bagi kapal-kapal yang lewat. Dengan mengembangkan industri baru berbasis maritim akan menawarkan peluang ekonomi yang sangat besar bagi investor dan perbankan (Robert, 2014). Dan tentu saja perlu diingat, bahwa maritim tidak sematamata seputar perikanan, perkapalan, dan pelabuhan. Tapi, melebihi itu, maritim mencakup beragam aspek berharga lainnya untuk menunjang kemakmuran Indonesia, seperti pariwisata, energi baru dan terbarukan (energi angin lepas pantai dan pasang surut gelombang), bioteknologi, farmasi, dan kosmetik (ibid.).

2.       Jumlah Populasi dan Karakter Bangsa
  Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi terbesar di bumi setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dari segi power ini menguntungkan Indonesia karena memiliki tenaga kerja yang banyak tanpa harus mendatangkan imigran demi memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, bukan hanya jumlah populasi yang dibutuhkan untuk membangun kekuatan maritim. Akan tetapi, banyaknya populasi yang mengacu pada kekuatan laut, yang tersedia untuk bekerja di perkapalan, termasuk pula hal-hal yang berkaitan dengan Angkatan Laut.

  Setelah sekian lama terbiasa di darat dan tidak terbiasa dengan besarnya ombak di laut lepas, pembangunan sumber daya manusia di bidang maritim harus mulai dikembangkan oleh pemerintah jika ingin memajukan maritim Indonesia. Saat ini belum banyak universitas yang memiliki fakultas kelautan yang lulusannya diharapkan dapat menjadi masyarakat maritim kedepannya. Akademi yang mendidik para pelaut di Indonesia juga hanya berjumlah 48. Jumlah tersebut masih terbilang sedikit untuk mengembangkan Poros Maritim Dunia.

  Membiasakan budaya maritim dalam jati diri Indonesia akan sangat sulit untuk dilakukan. Mahan mengatakan, kecenderungan untuk berdagang dan kebutuhan untuk memproduksi sesuatu untuk diperdagangkan adalah karakter nasional yang sangat penting dalam mengembangkan maritim power. Keengganan untuk melaut dan ketakutan terhadap laut menghalangi orang untuk mencari kekayaan melalui jalur perdagangan laut. Mencari kemakmuran dengan cara lain (diluar melaut) tidak akan menjadikan suatu negara sebagai maritim power. Namun, apabila ingin menjadi Poros Maritim Dunia, adalah mustahil apabila enggan membangun budaya berani melaut.

  Namun keberanian saja tidak cukup, tanpa adanya kemampuan untuk berbuat demikian. Jumlah nelayan di Indonesia memang banyak. Tetapi, mereka juga memiliki kendala untuk dapat melaut hingga Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dimana di kawasan inilah justru banyak terdapat ikan-ikan berkualitas baik dan bernilai jual tinggi. Ketidakmampuan melaut hingga ZEE ini bukan hanya dikarenakan keterbatasan fisik yang tidak kuat menahan terjangan ombak, tetapi juga sulitnya mendapatkan solar bersubsidi atau pembatasan pembelian BBM. Hal ini menyebabkan nelayan tidak bisa melaut dan tidak dapat menjangkau perairan yang jauh. Kapal tangkap ikan nelayan Indonesia masih bertekhnologi rendah sehingga kalah bersaing dibandingkan kapal-kapal negara lain.

  Begitu beruntungnya Indonesia karena memiliki letak geografis dan jumlah penduduk yang banyak dapat mempermudah Indonesia untuk menjadi negara poros maritim dunia. Namun, peran pemerintah tak luput memiliki andil yang besar. Melalui kebijakannya, pemerintah dapat mendukung pertumbuhan industri maritime dan mendorong masyarakat untuk mencari keuntungan dari laut.

  Untuk mencapai cita-cita Poros Maritim Dunia tentu tidak akan mudah. Terutama bagi Indonesia yang sudah berpuluh tahun berorientasi ke darat, komitmen untuk mengelola kekayaan maritime dan meningkatkan kekuatan Angkatan Laut pasti akan menemui tantangan dan hambatan yang kebanyakan diantaranya mungkin sekali muncul dari internal Indonesia. Selama ini Indonesia belum pernah mencoba  membangun secara komprehensif dan berkelanjutan ekonomi maritime. Sehingga Indonesia belum pernah menikmati keuntungan dari maritime, baik dari segi kemakmuran maupun pengaruh di tingkat internasional (Amelia). Belajar dari negara-negara maritime besar, jaminan diperolehnya power – entah dari aspek ekonomi, politik, atau keduanya – bagi Indonesia melalui  pembangunan Poros Maritim Dunia kemungkinan sekali tercapai. Tinggal bagaimana Indonesia menghadapi dan menyelesaikan hal-hal yang menghambat realisasi tersebut. Semoga Indonesia dapat menjadi negara maritim dan sekaligus menjadi poros maritim dunia, seperti visi presiden kita kini, Joko Widodo.


Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)

Nb :
  1. artikel ini masih dalam tahap pembelajaran, jika ada kelasalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.
  2. referensi artikel : Amelia Rahmawaty, "Peran Poros Maritim Dunia Dalam Meningkatkan Pengaruh Indonesia di Tingkat Internasional"