Sebagai negara yang memiliki
pulau terbanyak dan secara otomatis juga memiliki garis pantai terpanjang,
Indonesia beruntung karena memiliki banyak pantai dengan bermacam-macam
struktur seperti pantai karang, pantai batu sampai pantai pasir yang paling
sering digunakan sebagai tempat wisata masyarakat Indonesia. Namun, sangat
disanyangkan bahwa semakin lama pantai-pantai di Indonesia mengalami abrasi
yang dampaknya sangat mengkhawatirkan dan merugikan. Sedikitnya 40 prosen dari
81 ribu km pantai di Indonesia, rusak akibat abrasi. Dalam beberapa tahun
terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan
yang cukup memprihatinkan. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan
antara 2 hingga 10 meter pertahun dan kondisi ini sangat memperihatinkan.
Apa
itu ABRASI?
ABRASI adalah proses dimana
terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.
Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam
daerah dipantai tersebut. Abrasi ini dapat terjadi kerena beberapa faktor
antara lain, faktor alam, faktor manusia.
·
Beberapa faktor alam yang dapat menyebabkan
abrasi antara lain, angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan
gelombang serta arus laut yang mempunyai
kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai. Akibat dari abrasi ini akan
menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai sehingga
lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai.
Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan
arus serta gelombang mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini
berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai. Kekuatan gelombang terbesar
dapat terjadi pada waktu terjadi badai dan badai inilah yang mempercepat
terjadi proses pantai.
·
Faktor manusia, manusia juga ikut andil dalam
hal ini, seperti pemanasan global atau mencairnya es di kutub sangat
mempercepat terjadinya abrasi pantai. Selain itu, ulah nakal penambangan pasir
pantai juga termasuk serta perusakan tumbuhan bakau di daerah pesisir.
Dampak yang diakibatkan oleh abrasi
ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi
lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam. Pantai
yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak
tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah
direlokasi gara-gara abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi
menenggelamkan beberapa pulau kecil di perairan Indonesia.
Berikut ini beberapa masalah yang
ditimbulkan akibat abrasi pantai di beberapa wilayah Indonesia:
1. Abrasi
di Bali dari 437,70 kilometer garis pantai pulau Bali, sebanyak 88,3 kilometer
mengalami abrasi. berdasarkan hasil pemantauan satelit pada 2009, pada awalnya
panjang garis pantai di Bali yang mengalami abrasi mencapai 181,7 kilometer,
tetapi hingga saat ini 93,35 kilometer telah berhasil ditanggulangi dengan
membangun tanggul pemecah gelombang. abrasi yang terjadi di pantai-pantai di
Bali selama ini terjadi karena faktor alam dan pembangunan di sepanjang sepadan
pantai. Terjadi banyak pelanggaran pembangunan di wilayah pantai, yang
melanggar sepadan pantai, sehingga untuk menangani itu harus ditegakkan,
pertama tata ruangnya harus dibangun, di mana boleh dibangun, di mana kawasan
lindung, dimana kawasan suci. Dengan adanya rencana tata ruang wilayah pesisir
maka dapat dibuat zonasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, sehingga
pembangunan di wilayah pesisir tidak lagi rancu. Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/garis-pantai-bali-alami-abrasi/1826370.html
2. Pengikisan
pantai Merauke, Papua, mencapai 2 Kilometer dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Hal ini terjadi diduga karena penambangan pasir secara liar di wilayah tersebut
sehingga mempercepat proses abrasi. Pemerintah telah memprioritaskan
pembangunan kawasan pantai, tanggul, dan penanaman bakau. Pemerintah juga
berusaha untuk menghentikan kegiatan penambangan pasir karena jika abrasi terus
terjadi maka warga Kota Merauke akan terancam. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/04/13/173327123/Merauke-Terancam-Tenggelam-Akibat-Abrasi
3. Penambangan
pasir besi di sepanjang pantai Jepara tepatnya di Desa Bandungharjo,
Banyumanis, dan Ujungwatu, Kecamatan Donorejo, merupakan kegiatan antropogenik
yang menjadi faktor paling dominan dalam perubahan garis pantai. Faktor
antropogenik merupakan proses geomorfologi akibat aktivitas manusia seperti
pertambangan pasir besidinilai mengganggu stabilitas lingkungan pantai,
khususnya gangguan terhadap lingkungan sekitar pantai. Misalnya reklamasi,
pembabatan hutan bakau untuk tambak termasuk pertambangan. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/04/04/206567766/Tambang-Pasir-Besi-Percepat-Abrasi-Pantai-Jepara
4. Wilayah
Desa Legon Kulon dan Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Jawa
Barat, yang terletak di bibir Pantai Utara (Pantura) Laut Jawa, saat ini sebagian
sudah berubah menjadi lautan akibat abrasi pantai. Sedikitnya 634 rumah milik
warga sudah tak bisa lagi menghindar dari banjir rob yang terjadi setiap saat
dan seluas 242 hektare tambak milik rakyat dan 402 hektare tambak milik Perhutani
juga sudah tak bisa ditanami ikan lagi. Adapun fasilitas lainnya yang sudah
hampir lenyap, yakni empat unit posyandu, sembilan ruang belajar sekolah dasar,
satu bangunan puskesmas pembantu, dan tujuh buah musala. Penanggulangan gerusan
ombak dan banjir rob di kedua desa itu sudah tak bisa lagi dilakukan dengan
cara vegetatif, seperti dengan menanam pohon mangrove. Tapi harus dengan upaya
teknik sipil yang dipastikan akan menyedot biaya yang sangat besar. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/058372518/Dua-Desa-di-Pantura-Subang-Berubah-Jadi-Lautan
5. Keberadaan
Pulau Tikus yang masuk wilayah Kota Bengkulu semakin hari keberadaannya semakin
memprihatinkan karena terus terkikis oleh abrasi. Dari luas awal 2 hektare,
saat ini pulau itu hanya tersisa 0,8 hektare. Padahal keberadaan pulau kecil
ini sangat vital dalam transportasi laut. Mercusuar yang terletak di Pulau
Tikus sangat penting untuk memandu lalu lintas
kapal-kapal yang melintasi pulau tersebut. Berdasarkan catatan, ketika
lampu mercusuar itu mati karena
tersambar petir, hanya dalam waktu semalam beberapa kapal kandas. Selain
berfungsi sebagai petunjuk navigasi laut, pulau ini berperan penting sebagai
penahan gelombang tsunami. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/05/27/058483522/Tragis-Pulau-Tikus-di-Bengkulu-Terancam-Hilang
Upaya
Pemerintah
Melihat kondisi yang sangat
mengkhawatirkan tersebut, pemerintah membuat prioritas-prioritas pantai dalam
upayanya untuk mengatasi abrasi pantai. Hal ini disebabkan salah satunya karena
minimnya dana yang dianggarkan. Untuk menyiasati minimnya dana, pemerintah
menerapkan strategi, yaitu menggunakan batu dan pasir yang mudah diperoleh di
daerah setempat. Daerah prioritas itu dibagi menjadi lima kriteria yakni:
1. Pertama,
daerah yang abrasi pantainya mengancam jiwa manusia dan prasarana umum, seperti
jalan raya dan bangunan bernilai sosial budaya tinggi.
2. Kedua,
pesisir yang menjadi pengaman banjir di kawasan pantai akibat curah hujan
tinggi. Contoh untuk dua kategori ini adalah pembangunan tembok laut di Pantai
Bau-Bau, Sulawesi Tenggara dan Pantai Punggur, Bengkulu.
3. Ketiga,
pantai yang berperan dalam stabilitas muara sungai dan saluran drainase yang
langsung ke laut untuk mendukung lalu lintas pelayaran dan pengendalian banjir.
Misalnya, Pantai Glagah di Yogyakarta.
4. Keempat,
pantai yang merupakan perbatasan dengan negara lain untuk menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, misalnya Pulau Nipah dan Pulau Miangas.
5. Kelima,
pantai yang perlu direvitalisasi, seperti Pantai Losari dan Pantai Sanur.
Cara
menanggulangi abrasi pantai
Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah abrasi pantai ini,
yaitu:
1. Pemantauan
secara bertahap untuk mengetahui wilayah mana yang mengalami abrasi terparah. Contohnya
dengan menggunakan pemantauan citra satelit.
2. Pemerintah
harus segera secara bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak,
revetment, dan pembentukan tembok laut (groin).
3. Hutan
mangrove di sekitar pantai yang terkena dampak abrasi tersebut.
Penanganan abrasi pantai memang
sulit. Solusi di atas memiliki resiko dan kekurangan masing-masing. Pemasangan
alat pemecah ombak tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Sedangkan
penanaman vegetasi mangrove pun tidak dapat dilakukan disemua jenis pantai
karena mangrove hanya tumbuh di daerah yang dialiri air payau. Tetapi meskipun
sangat sulit, tetapi usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan.
Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin
dalam beberapa tahun ke depan luas daratan di Indonesia banyak yang akan
berkurang. Bahkan beberapa pulau terancam hilang.
Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)
TGD 2012
TGD 2012
Catatan :
Artikel ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada
kesalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.
Daftar Pustaka:
300 - 1000 kata ya dek :)
BalasHapus