Minggu, 15 Maret 2015

Indonesia Menyempit, Pulau Menghilang!



Sebagai negara yang memiliki pulau terbanyak dan secara otomatis juga memiliki garis pantai terpanjang, Indonesia beruntung karena memiliki banyak pantai dengan bermacam-macam struktur seperti pantai karang, pantai batu sampai pantai pasir yang paling sering digunakan sebagai tempat wisata masyarakat Indonesia. Namun, sangat disanyangkan bahwa semakin lama pantai-pantai di Indonesia mengalami abrasi yang dampaknya sangat mengkhawatirkan dan merugikan. Sedikitnya 40 prosen dari 81 ribu km pantai di Indonesia, rusak akibat abrasi. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan kondisi ini sangat memperihatinkan.

Apa itu ABRASI?

ABRASI adalah proses dimana terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Abrasi ini dapat terjadi kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia.


·         Beberapa faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi antara lain, angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus laut yang  mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai. Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai. Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu terjadi badai dan badai inilah yang mempercepat terjadi proses pantai.

·         Faktor manusia, manusia juga ikut andil dalam hal ini, seperti pemanasan global atau mencairnya es di kutub sangat mempercepat terjadinya abrasi pantai. Selain itu, ulah nakal penambangan pasir pantai juga termasuk serta perusakan tumbuhan bakau di daerah pesisir.

Dampak yang diakibatkan oleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam. Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di perairan Indonesia.
Berikut ini beberapa masalah yang ditimbulkan akibat abrasi pantai di beberapa wilayah Indonesia:

1.       Abrasi di Bali dari 437,70 kilometer garis pantai pulau Bali, sebanyak 88,3 kilometer mengalami abrasi. berdasarkan hasil pemantauan satelit pada 2009, pada awalnya panjang garis pantai di Bali yang mengalami abrasi mencapai 181,7 kilometer, tetapi hingga saat ini 93,35 kilometer telah berhasil ditanggulangi dengan membangun tanggul pemecah gelombang. abrasi yang terjadi di pantai-pantai di Bali selama ini terjadi karena faktor alam dan pembangunan di sepanjang sepadan pantai. Terjadi banyak pelanggaran pembangunan di wilayah pantai, yang melanggar sepadan pantai, sehingga untuk menangani itu harus ditegakkan, pertama tata ruangnya harus dibangun, di mana boleh dibangun, di mana kawasan lindung, dimana kawasan suci. Dengan adanya rencana tata ruang wilayah pesisir maka dapat dibuat zonasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, sehingga pembangunan di wilayah pesisir tidak lagi rancu. Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/garis-pantai-bali-alami-abrasi/1826370.html

2.       Pengikisan pantai Merauke, Papua, mencapai 2 Kilometer dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini terjadi diduga karena penambangan pasir secara liar di wilayah tersebut sehingga mempercepat proses abrasi. Pemerintah telah memprioritaskan pembangunan kawasan pantai, tanggul, dan penanaman bakau. Pemerintah juga berusaha untuk menghentikan kegiatan penambangan pasir karena jika abrasi terus terjadi maka warga Kota Merauke akan terancam. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/04/13/173327123/Merauke-Terancam-Tenggelam-Akibat-Abrasi

3.       Penambangan pasir besi di sepanjang pantai Jepara tepatnya di Desa Bandungharjo, Banyumanis, dan Ujungwatu, Kecamatan Donorejo, merupakan kegiatan antropogenik yang menjadi faktor paling dominan dalam perubahan garis pantai. Faktor antropogenik merupakan proses geomorfologi akibat aktivitas manusia seperti pertambangan pasir besidinilai mengganggu stabilitas lingkungan pantai, khususnya gangguan terhadap lingkungan sekitar pantai. Misalnya reklamasi, pembabatan hutan bakau untuk tambak termasuk pertambangan. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/04/04/206567766/Tambang-Pasir-Besi-Percepat-Abrasi-Pantai-Jepara

4.       Wilayah Desa Legon Kulon dan Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang terletak di bibir Pantai Utara (Pantura) Laut Jawa, saat ini sebagian sudah berubah menjadi lautan akibat abrasi pantai. Sedikitnya 634 rumah milik warga sudah tak bisa lagi menghindar dari banjir rob yang terjadi setiap saat dan seluas 242 hektare tambak milik rakyat dan 402 hektare tambak milik Perhutani juga sudah tak bisa ditanami ikan lagi. Adapun fasilitas lainnya yang sudah hampir lenyap, yakni empat unit posyandu, sembilan ruang belajar sekolah dasar, satu bangunan puskesmas pembantu, dan tujuh buah musala. Penanggulangan gerusan ombak dan banjir rob di kedua desa itu sudah tak bisa lagi dilakukan dengan cara vegetatif, seperti dengan menanam pohon mangrove. Tapi harus dengan upaya teknik sipil yang dipastikan akan menyedot biaya yang sangat besar. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/058372518/Dua-Desa-di-Pantura-Subang-Berubah-Jadi-Lautan


5.       Keberadaan Pulau Tikus yang masuk wilayah Kota Bengkulu semakin hari keberadaannya semakin memprihatinkan karena terus terkikis oleh abrasi. Dari luas awal 2 hektare, saat ini pulau itu hanya tersisa 0,8 hektare. Padahal keberadaan pulau kecil ini sangat vital dalam transportasi laut. Mercusuar yang terletak di Pulau Tikus sangat penting untuk memandu lalu lintas kapal-kapal yang melintasi pulau tersebut. Berdasarkan catatan, ketika lampu  mercusuar itu mati karena tersambar petir, hanya dalam waktu semalam beberapa kapal kandas. Selain berfungsi sebagai petunjuk navigasi laut, pulau ini berperan penting sebagai penahan gelombang tsunami. Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/05/27/058483522/Tragis-Pulau-Tikus-di-Bengkulu-Terancam-Hilang


Upaya Pemerintah

Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan tersebut, pemerintah membuat prioritas-prioritas pantai dalam upayanya untuk mengatasi abrasi pantai. Hal ini disebabkan salah satunya karena minimnya dana yang dianggarkan. Untuk menyiasati minimnya dana, pemerintah menerapkan strategi, yaitu menggunakan batu dan pasir yang mudah diperoleh di daerah setempat. Daerah prioritas itu dibagi menjadi lima kriteria yakni:

1.       Pertama, daerah yang abrasi pantainya mengancam jiwa manusia dan prasarana umum, seperti jalan raya dan bangunan bernilai sosial budaya tinggi.

2.       Kedua, pesisir yang menjadi pengaman banjir di kawasan pantai akibat curah hujan tinggi. Contoh untuk dua kategori ini adalah pembangunan tembok laut di Pantai Bau-Bau, Sulawesi Tenggara dan Pantai Punggur, Bengkulu.

3.       Ketiga, pantai yang berperan dalam stabilitas muara sungai dan saluran drainase yang langsung ke laut untuk mendukung lalu lintas pelayaran dan pengendalian banjir. Misalnya, Pantai Glagah di Yogyakarta.

4.       Keempat, pantai yang merupakan perbatasan dengan negara lain untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, misalnya Pulau Nipah dan Pulau Miangas.

5.       Kelima, pantai yang perlu direvitalisasi, seperti Pantai Losari dan Pantai Sanur.

Cara menanggulangi abrasi pantai

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah abrasi pantai ini, yaitu:

1.       Pemantauan secara bertahap untuk mengetahui wilayah mana yang mengalami abrasi terparah. Contohnya dengan menggunakan pemantauan citra satelit.
2.       Pemerintah harus segera secara bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak, revetment, dan pembentukan tembok laut (groin).

3.       Hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena dampak abrasi tersebut.

Penanganan abrasi pantai memang sulit. Solusi di atas memiliki resiko dan kekurangan masing-masing. Pemasangan alat pemecah ombak tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Sedangkan penanaman vegetasi mangrove pun tidak dapat dilakukan disemua jenis pantai karena mangrove hanya tumbuh di daerah yang dialiri air payau. Tetapi meskipun sangat sulit, tetapi usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan. Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan luas daratan di Indonesia banyak yang akan berkurang. Bahkan beberapa pulau terancam hilang.

Rizki Iman Sari (12/333727/TK/40070)
TGD 2012

Catatan :
Artikel ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada kesalahan mohon untuk meninggalkan komentar dan koreksi.

Daftar Pustaka:


1 komentar: